Rabu, 09 April 2014

Tidak semudah itu



Berada di sini tak semudah itu.

Butuh hati yang kuat disaat sadar banyak moment yang terlewatkan, butuh senyum palsu ketika melihat orang lain berkumpul dan kadang butuh air mata ketika tak dapat berkata-kata. Sekedar berpikir-pun rasanya sudah lelah, di pikiran yang terlintas hanya seberapa banyak moment yang di lewati masing-masing, ada rasa duka yang harus di simpan dalam-dalam ketika sendiri dan mungkin disaat bahagia ada rasa suka cita yang entah harus di luapkan atau di ceritakan pada siapa. Sudah terlalu banyak moment yang terlewatkan… semoga ketika kita bertemu, disaat mulai menua, kata yang sering di ucapkan orang-orang “tak ada kata terlambat” benar-benar ada.

Dan ketika tak mampu berkata-kata, melihat sekeliling… aku sadar, berada di sini tanpa kalian tidak semudah itu.

Kamis, 20 Maret 2014

Senja tak berpelangi


Senja kali ini hujan. Langit menangis dan bumi basah. Seperti sediakala bumi yang selalu rela menampung tangisan langit entah itu sedang menangis terharu atau memang langit sedang bersedih tapi bumi selalu setia. Tak ada matahari, hujan kali ini tak berpelangi.

“kamu sedang bersedih?” tanya bumi pada langit.
“tidak, aku hanya ingin melihat pelangi sesudah ini tapi ternyata tak ada” jawab langit dengan nada berat.

Munculnya pelangi tak selalu bisa di tebak, yang tiba-tiba saja setelah hujan deras akan ada pelangi atau ketika langit mendung hujan sebentar dan tiba-tiba warna warni menghiasi langit. Tidak bisa di tebak bahkan sesedih apapun langit tak selalu setelah ia menangis akan ada pelangi.

“jangan bersedih, pelangimu akan datang setelah ini” hibur bumi pada langit.
“hujan tak perlu berhenti karena pelangi tak akan ada hari ini” jawab langit.

Dibawah sana ada seorang gadis yang tiba-tiba membuka tutup jendela dan tersenyum sembari berkata “Disini hujan”

Langit tidak mendung


Langit tidak sedang mendung, begitupun bumi tak sedang basah dengar air hujan. Kali ini cerita tentang matahari dan bulan yang tak pernah bertemu sepertinya lebih menarik di banding pelangi yang masih samar-samar ketika langit mendung. Sudah memang seperti itu, matahari tidak pernah bisa berpapasan dengan bulan.
Seperti apa adanya langit yang hanya bisa melihat mereka berdua walaupun dengan jarak yang lumayan dekat darinya tapi untuk hal ini langit tak bisa berbuat apa-apa, yang Langit tahu siapa Bulannya dan siapa Mataharinya. Sudah seharusnya memang matahari mengurusi siang dan bulan mengurusi malam, mereka akan selalu sibuk dengan tugas masing-masing.

Perkara pelangi yang samar di langit yang mendung, mungkin bumi bisa menjawab ketika dia terkena air hujan.

Rabu, 05 Maret 2014

Tak ada yang tahu selain kita

Mereka hanya tak tahu seberapa dekat kita ketika mereka terlelap.

"woi, belum tidur?" tanya bumi pada langit.
"belum, you just known me. don't ask twice" jawabku.

tawa kita pecah dengan segala ke absurd-an di setiap kesempatan yang Tuhan berikan, kenapa aku menyebut setiap kesempatan yang Tuhan berikan karena kita tidak selalu diberikan kesempatan yang kesampaian. Contoh kecil dari itu : We haven't meet each other sedekat apapun bumi dan langit tapi rasanya tak pernah bertemu. Kita bercerita tentang apa saja yang tidak dimengerti siapapun kecuali kita, ketika mereka terlelap. Rasanya berterima kasih kepada Sang Pencipta atas kekonyolan yang bahagia ini tidak salah, karena Sang Pencipta yang Maha Asik menciptakan pasangan abadi dalam dimensi berbeda.

Terima kasih bumi, aku tidak menatap kosong diatas sini.
Terima kasih langit karena tak pernah beranjak meninggalkan.

Someday when it comes, The end of earth and the sky are collapse we'll met in the light.

Di sudut kamar



Pohon cermin kehidupan

Aku menyukai gambar yang satu ini, pohon dan ditengahnya ada cermin. Setidaknya dari situ aku bisa mulai menggambarkan sifat sosok yang terpantul di depan cermin dan bagaimana pohon itu akan tumbuh sedangkan itu hanyalah gambar. Aku menamainya “Pohon cermin kehidupan” dan pada setiap kesempatan aku bisa melihat sosok di depan cermin itu, aku mulai berfikir realistis… bahkan disaat sosok pantulan cermin yang aku lihat saat itu adalah sosok yang hanya mencoba menghapus air matanya atau pura-pura tersenyum saat melihat pantulan sosoknya sendiri. Semua yang ada di kehidupanmu bisa membohongi apa yang tak mereka lihat atau bahkan apa yang mereka lihat, atau hanya sekedar tau. Pohon cermin kehidupan memantulkan apa yang sebenarnya.

Setidaknya ada yang tidak pernah mati.

Berdamai dengan Jarak dalam Doa



Jarak
Sesuatu yang berhubungan dengan seberapa jauh dan berapa jam yang kita habiskan untuk bisa saling mendekap. Jika tak berjarak mungkin takkan ada rasa rindu? Kata siapa? Dalam tidur terlelap masing-masing, kita sudah berjarak. Entah mengapa tak pernah suka melihat orang yang di cintai menangis tapi air mata tidak pernah bisa bohong untuk rasa rindu yang sedemikian rupa. Kita selalu berjarak ketika itu, di saat berhadapanpun kita tak pernah satu karena kita adalah dua individu yang tidak mungkin bersatu.

Tapi jarak selalu kalah dalam Doa.
Terima kasih selalu mendoakanku dalam sujudmu. Tidak perlu khawatir karena doa dalam sujudku-pun adalah dirimu.

Selasa, 22 Oktober 2013

Dejavu

Teruntuk lelaki yang tak asing dengan senyuman khasnya yang belakangan ini menemani hari-hariku. Bukan, bukan hanya kamu saja yang merasakan bahwa aku pernah hidup di dalam pikiranmu, di kehidupan yang lainmu atau sekedar mampir tersenyum di imajinasi nyatamu. Bukan kamu yang satu-satunya tidak mengerti apa Rencana Tuhan kali ini dan bukan hanya kamu yang patut menanyakan “kamu siapa?” bukan hanya kamu juga yang pantas melontarkan kata-kata “aku pernah melihatmu, somewhere in my memories” karena akupun merasakan demikian. Kamu bukan hanya dejavu lagi di hidupku, aku benar-benar berada dalam situasi yang absurd antara nyata dan tidak antara sedang bermimpi tapi tidak dalam tidur atau keadaan terlelap setengah sadar. Ya mungkin aku sedang bermimpi di kenyataan tapi mimpiku yang satu ini nyata dan kenyataan masih belum mengizinkanku untuk menuntut lebih. Jika kenangan bisa mengupas luka dan kebahagiaan masalalu maka Dejavu adalah salah satu cara Tuhan menyadarkan bahwa ada masalalu yang belum tersentuh dalam kehidupanku dimasa yang akan datang, mungkin itu kamu. Teruntuk kamu, lelaki yang menemani aku beberapa hari belakangan ini yang selalu tersenyum ketika aku tersenyum. Untuk kamu dengan senyum khasmu melihatku tersenyum dan berkata “Senyum itu menular, sama seperti namamu Ceria yang membawa aura positif”. Kamu bukan Dejavu lagi karena entah mengapa dan entah sejak kapan aku bahkan tau warna t-shirt yang kamu kenakan setiap harinya setelah aku melihatmu, secara tidak langsung. Kadang akupun tau berapa bungkus rokok yang kamu habiskan di dalam kamarmu sembari memikirkan sama seperti yang aku pikirkan “apa yang sedang terjadi antara kita”.